4BD2ABDC-A326-4471-8A00-5542EF52778C.jpeg

Gemerlap lampu diskotik terasa sangat asing ketika Hivi dan Nick mulai memasuki tempat penuh kesenangan ini, berbeda dengan kebanyakan orang excited ketika mencoba terjun pada dunia malam, Hivi malah cenderung canggung.

“Balik aja yuk?”

“Anjing lah, Vi gue baru aja bayar fee open table-nya” kata Cale setelah kembali dari meja kasir, selesai mengurus keperluan pembayaran.

“Gausah pesen minum gapapa, vi. yang penting lo bisa lupain rasa galau gundah hati lo disini.” Nick iku memberi saran.

Diskotik ini jauh dari gambaran yang Hivi bayangkan, musik yang diputar pun bukan lagu jedag jedug yang sukar didengar. Malah mereka menghadirkan penyanyi bersuara merdu untuk mencover lagu-lagu terbaru dengan konsep live music. Tapi tetap saja menu utama yang di jual di tempat ini tetaplah minuman beralkohol.

“Harus pesen alkohol, tapi gausah diminum sih kalau gak ada yang mau” Cale menscroll ipad yang menampilkan beragam jenis minuman beralkohol untuk dipesan.

“Cupu banget kalau gak diminum” gerutu Nick sok kuat. Padahal makan durian saja ia sudah mabok.

Hivi tak peduli, jiwanya kini sudah terhanyut dalam lantunan lagu In My Feelings milik Kehlani yang dibawakan dengan enak oleh penyanyi wanita ditengah cafe. Ternyata benar, tempat ini dapat membuat pengunjungnya lupa akan realita. Bukan karena minuman yang mengandung alkohol melainkan euphoria yang mereka rancang secara elok untuk menghipnotis semua rasa sedih, galau dan gundah menjadi rasa senang.

“Vi! Yaampun belum apa-apa udah mabok ya lo?”gertak Cale menyadarkan Hivi.

“Enggak gitu, gue suka sama lagunya” Jawab Hivi, tapi ekspresi Cale dan Nick seakan menyuruh Hivi untuk menoleh ke tempat yang berlawanan dari tempat penyanyi itu berdiri.