Sudah tak terhitung berapa kali Raefal meniupkan nafas hangat di kedua tanganya, cuaca kota Malang dipagi hari memiliki suhu dingin puluhan kali lipat daripada hari kemaren. Raefal mengklaim badannya akan tahan dengan suhu dingin karena ia hidup 24 jam di ruangan ber-AC. Padahal rasa dingin yang dipancarkan sebuah alat pendingin jelas berbeda dengan angin alami kota Malang. Dengan teknologi sistem ****yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara dan kelembapan suatu area, AC memberikan kedinginan yang nyaman pada manusia. Sedangkan suhu kota Malang tidak memiliki teknologi seperti itu.
Meski begitu, Raefal tetap kompeten melakukan pekerjaannya. Mengangkut pupuk, menggali tanah, mengubur akar tanaman dan sebagainya. Sedangkan disisi lain ada Kak Doni dan Kio sedang membangun petakan dari kayu agar dapat disusuni oleh tumbuhan secara terstruktur.
“Itu mobil Jeep buat apa ya Mas?” Diseberang lahan kosong ini, ada beberapa mobil jeep yang terparkir di depan rumah para warga. Raefal di kepo tak mungkin melewatkannya begitu saja. Ia sangat tertarik dengan hal baru. Berkuda, jet sky, bahkan wishlist Raefal tahun ini adalah skydiving. Jadi, menemukan mobil penjelajah alam didepan mata mengusik Raefal untuk mencoba.
“Oh itu, punya pak Slamet.. biasanya tengah malam mobil itu di bawa ke Bromo buat disewain ke para wisatawan” Jelas Jahe “Kamu pengen ta naik itu? Toh besok kan masih minggu, ke Bromo aja sekalian deket kok cuma 40 menit. Lihat sunrise yang viral itu sama ke bukit teletubies siangnya baru balik Jakarta.” ajak Mas Jahe. Jelas jiwa petualang Raefal langsung menggebu-gebu. Dia belum pernah ke Bromo.
Kak Doni yang sedari tadi mendengar percakapan Raefal dan Jahe pun ikut menimpali “Bukannya Bromo itu Probolinggo? kalau dari Malang masa cuma 40 menit?”
“Kamu iki kurang info, Bromo itu gabung 3 kecamatan. Pertama Malang, Kedua Probolinggo, ketiga Pasuruan. Paket hemat wes kalau kesana bisa nginjak 3 daerah” Jahe tampak antusias menjelaskan.
“Gimana kak? mau nggak? gue sih mau banget” tanya Raefal pada ketua tim-nya.
Kak Doni tampak berfikir sebelum menjawab “Kita harus ngobrol sama Kio dulu sih” ah iya, jangan lupakan anak UI yang sedang berubag jadi titisan master limbad itu. Sedari tadi Kio selalu memasang wajah masam tak bicara, apa mungkin dinginnya kota Malang membuat mulut Kio jadi membeku?
“Biar gue aja yang ngomong soal ini ke Kio” ucapan Raefal membuat Doni mengangguk cepat “Bagus, lo kan pawangnya”