Gak banyak yang dibutuhin buat masak ayam golek ala negara kota Upin & Ipin. Nama Golek sendiri diambil karena cara memasak ayam ini adalah dengan diputar diatas panggangan atau digolek selama hingga hidangan tersebut matang.
“Gue ngapain ini?” pria bermarga Lee itu bertanya, Ben memang sangat excited dengan kegiatannya kali ini. Ia bahkan sudah memakai apron sedari tadi.
Arsen tersenyum sekilas sebelum menjawab “Udah, lo duduk aja.” yang langsung dihadiahi oleh cincingan mata Benjamin.
“Kok cuma duduk? gue kan pengen belajar juga.” gerutu Ben dan Arsen berpura-pura tak peduli. Dietisien itu masih memakai kemeja biru muda karena Ben menjemput tepat setelah Arsen selesai melakukan jadwal konsultasi dengan klientnya. Area lengannya digulung sampai siku agar tak ternodai bumbu ayam saat ia sedang mememasak.
“Nggak pake apron?” Ben bertanya lagi, hadirnya Ben disini benar-benar layaknya bocah penganggu. Selalu betanya tentang banyak hal yang membuat Arsen tersenyum simpul karena lucu. “Gue pasangin ya.” tawarnya
Belum sempat Arsen mengiyakan, tangan pria leo itu sudah terjulur kearah pinggang si gemini yang masih meracik ayam.
“Eh.” Arsen memekik, siapa pula yang tak terkejut dipeluk secara tersirat oleh aktor papan atas Indonesia? terlebih lagi Benjamin tampak biasa saja dan tak menyadari aura yang ia miliki.
Butuh waktu lama bagi Benjamin untuk mengikat tali apron di belakang pinggang Arsen, hingga sang dietisien tampak canggung dan berdehem lebih sering. Tangannya kotor akan bumbu dan rempah sehingga tak bisa ikut membantu.
“Ini tadi gimana ya?” Ben bingung sendiri, tak sadar jika wajahnya makin menempel pada permukaan perut Arsen. “Lo bisa nggak sih?” Arsen coba memecah kecanggungan.
“Bisa kok, cuma ngiketnya ribet.” denger Ben ngomong begitu, Arsen inisiatif buat ngiket sendiri.