C3B6BE0C-6206-4FFE-A5FD-1CCABED2806E.jpeg

Kio harusnya sudah bisa menebak ending dari sebuah romansa tak akan menjadi baik, dalam lingkup kehidupam keluarganya sendiri ia dapat memperoleh contoh yang amat dangat jelas. If love never enough to make people stay

Kepergian Kavin tanpa pamit seolah dapat Kio mengerti, banyak faktor yang Kio duga menjadi penyebab kegagalan ini. Pertama, keduanya sama rapuhnya jadi bagaimana bisa menjadi suport system satu sama lain? Kedua, Kio bukanlah lelaki yang Kavin harapkan. Ketiga, Kio memang tidak layak membangun hubungan romansa. Dari ketiga faktor tersebut, Kio meyakini alasan ketiga berpengaruh dominan atas itu. Kio tak merasa dirinya cukup pantas menerima cinta dan mencintai orang lain.

“Cowok nggak cuma satu kali, Ki” ucapan Vano membuat Kio tersadar dari lamunannya.

“Lihat nih,” ucapan Vano merujuk pada pengunjung coffee shop yang hari ini cukup ramai. “Banyak kan, lo tinggal ngajak kenalan dan sat set sat set jadi pacar deh” katanya menyebalkan.

“Nggak deh, gue gak mau nyoba lagi.” ucap Kio final. Dirinya sudah kapok make move pada seseorang, rasanya mencintai alam mahir ia lakukan daripada mencintai orang lain.

“Yahh baru sekali udah putus asa,”

“Baru sekali but this answer everything.” Everything; rasa penasaran, rasa patah hati, rasa kecewa, rasa merelakan. “Lagipula gue sadar kok kalau punya pacar nggak sepenting itu” lanjut Kio.

“Gue penasaran deh, kenapa sih lo nggak mau kenal orang baru? make move from zero, take a effort to get them, bukan ngelanjutin hubungan pertemanan yang udah lo punya..” kata Vano, sahabatnya ini sejak awal kuliah selalu mendapatkan good attention baik dari mahasiswa maupun mahasiswi. Sifatnya yang sopan dan tak mencolok menimbulkan kesan misterius sehingga membuat banyak orang tertarik untuk menjalin hubungan dengan si tampan Kio. Tapi Kio selalu menolak.

Seakan sudah tau bahwa hubungannya tak akan berjalan baik, Kio selalu menghindar.

“Ribet, you know? if they know about my true family is. How broke me, pasti kabur” Itulah yang menjadi penyebab Kio sulit membuka ruang dihatinya untuk kehadiran orang yang baru, banyak pertimbangan yang harus ia pikirkan, salah satunya adalah menjelaskan tentang hubungan keluarga toxic yang sedang ia jalani. Orang yang baru mengenal Kio akan beranggapan bahwa ia adalah mahasiswa Hukum yang smart dan cakap, tak pernah terbayangkan jika kehidupan itu hanyalah sebuah rekayasa sang Ibu. Kio dipaksa, dituntut agar dapat menjadi penegak hukum yang sukses sama seperti dirinya. Diumurnya yang sudah mendekati kepala dua, Kio tak pernah diizinkan mengambil sebuah keputusan besar untuk kehidupannya. Semua hal yang ia pilih harus sesuai dengan perintah sang Ibu. Jika menolak, Ibunya akan menangis sembari menyalahkan Papa yang tak tau menau. Suasana rumah akan berantakan, bagi Mama seluruh masalah di dunia ini disebabkan oleh suaminya yang menganggur.