86B9815A-C70F-4DDA-909C-131A4FF473BD.jpeg

05:00

“Mas… aku udah siap” Bisik Harvin pada kekasihnya yang masih berbaring. Hari ini adalah bari kencan mereka, jadi wajar saja jika Harvin bangun pagi buta— bahkan lebih pagi dari jadwal bangun Mavi— untuk mempersiapakan diri.

“Vin? kamu- nggak tidur ya?” kata yang pertama terucap oleh Mavi ketika membuka mata. Lelaki itu sebenarnya sadar Harvin kesulitan terlelap, ia juga sempat mengelus punggung Harvin sebagai pengantar tidur. Tapi sepertinya tak membantu.

“Tidur kok— tapi cuma dua jam” jawab Harvin dengan ceria, dari raut wajahnya juga tak sedikitpun menyiratkan rasa kantuk maupun lelah. Dia benar-benar excited pada kencan kali ini.

Tapi si lebih tua tetap khawatir, ia menggeserkan tubuh untuk memberi ruang cukup bagi Harvin kembali berbaring “Tidur dua jam lagi ya, sayang? kita masih punya banyak waktu kok” katanya lembut sebelum menaril Harvin kedalam rengkuhan hangat.

“Mas— baju aku udah rapi, kalau tidur lagi nanti kusut” protes Harvin. Namun dihiraukan oleh Mavi, ia lebih rela baju Harvin kusut daripada kurang tidur.

“It’s okay” tenangnya “Atau kamu mau lepas dulu? tidur telanjang dada?” goda Mavi yang langsung dihadiahi pukulan pelan di bahu hingga keduanya tergelak.

“Kamu mah ish!” gerutu Harvin pelan.

Mavi sempat membaca artikel bahwa ketika seseorang susah tidur pada malam hari, maka di pagi harinya ia akan merasakan kantuk lebih berat. Jadi wajar saja jika sekarang Harvin sudah mulai bernafas teratur dengan mata terpejam, kehilangan kesadaran diri dibalik pelukan Mavi yang nyaman.

Aktivitas ini mungkin dianggap sepela oleh Harvin, tapi ketahuilah.. ketika esok keduanya terpisahkan jarak.. aktivitas kecil ini akan jadi suatu hal yang paling dirindukan daripada kencan mewah maupun dinner romantis.