E150EEC7-BB03-4AB6-9B2E-F731CA7FC4CA.jpeg

Satu kesamaan sifat yang sering diungkapkan oleh Mandala bersaudara— Hugo Hivi adalah ketika mereka mengatakan tidak tapi semua perbuatannya menyiratkan hal yang sebaliknya.

Dibalik keengganan dan larangan Hugo ketika mendengar niat Hivi yang akan menemui Marve, sangat berbanding terbalik dengan tingkah lakunya pagi ini yang memasakkan bubur dan juga membeli vitamin untuk dibawakan ke kediaman Marve.

“Kemaren Bang Yaksha udah jenguk, kasian Marve gaada yang rawat. lo beliin makan siang juga ya kalau nemu dijalan.” ujar Hugo sembari menyusun makanan ke dalam rantang tiga tingkat.

“Dih, katanya nemuin Marve pas lagi sakit itu bahaya. Lagian gue itu mau kasih proposal doang”

“Sekalian lah, Vi. lagipula lo kan titisan macan, mana berani dia sama lo.” Hugo yakin sifat galak adek lelakinya itu pasti membuat Marve segan untuk berbuat macam-macam.

Jadi, disinilah Hivi membawa rantang makanan beserta perlengkapan penambah imun seperti vitamin, jus buah dan obat-obatan. Siapapun yang melihat Hivi berdiri di depan rumah Marve akan mengira bahwa ia seorang anggota MLM penjual obat.

Rumah Marve memiliki halaman kecil yang ditumbuhi oleh tanaman hias bewarna-warni, Hivi menduga itu tanaman yang dimiliki oleh bundanya sebelum ia tinggal di panti jompo. Namun yang membuat Hivi takjub adalah ketika menyadari tanaman itu tetap hidup dan terawat dengan baik meski sang bunda tak tinggal disini lagi. Apa mungkin Marve merawatnya tanaman cantik itu?

“Hivi? lo disini..?” adalah kata sambutan pertama yang diucapkan Marve dengan suara seraknya setelah ia membuka pintu, jika dilihat dari penampilannya yang sekarang pucat, mama memerah dan suaranya yang terdengar serak. Sudah terbukti bahwa kondisi Marve yang tidak enak badan bukanlah sebuah kepura-puraan.

“Hai.. ” sapa Hivi basa basi, entah kenapa melihat Marve yang pucat membuat dadanya tidak nyaman dan terusik.

“Ngapain?—“ Marve memejamkan mata karena pusing di kepalanya kembali menjalar setelah ia menyelesaikan ucapannya.

Hivi jadi khawatir mengingat Marve yang tinggal seorang diri dirumah asri ini, tidak akan ada yang menyadari apapun yang akan terjadi pada Marve di kondisinya sekarang. Pingsan atau pulih, makan atau tidak.