F27DA969-133F-4721-981C-27FB87AA1366.jpeg

Rasa kantuk sekejap langsung hilang ketika Raefal mulai menaili mobil Jeep yang ia sewa menuju kawasan taman nasional Bromo tengger semeru itu. Lokasi tempat wisata itu dari desa tempat Raefal dan team EFF melakukan project tak seberapa jauh, hanya 30km. Google maps memprediksi bahwa meraka dapat sampai dalam waktu 45 Menit.

Sepanjang perjalanan malam singkat itu, Kio adalah satu-satunya penumpang yang agak sungkan untuk membuka mulut. Apalagi ia kebagian menempati kursi depan, sebelah sang pengemudi. Sedangkan Raefal, Doni dan Jahe duduk dibangku belakang. Kio hanya bisa menghabiskan waktu dengan menatap suasana jalan raya di malam hadi melalui jendela jeep yang dibuka setengah.

“Next time kalo lo kesini lagi, gue ajak deh Rae ke kota Batu. Makan ketan duren” kata Jahe yang sedari tak berhenti bercerita mengenai macam-macam kuliner di daerah Jawa Timur.

“Oh Raefal doang nih yang di ajak?” tanya Doni, nadanya seakan menggoda hubungan akrab Jahe dan Raefal yang masih baru kenal itu.

“Ya.. semuanya lah, lo sama Kio juga. Gampang lah pokoknya”

“Kio diem mulu ya di depan, ngantuk?” tanya Jahe.

Awalnya Kio berniat untuk tak menyaut tapi ia merasa tak sopan jika mengabaikan pertanyaan yang lebih tua sehingga memutuskan menjawab “Iya Mas” ditambah dengen cengenges kecil.

“Tidur aja, Ki. nanti gue bangunin kalo udah nyampe” kali ini Kak Doni yang berbicara, sedangkan tangan Raefal terulur untuk mengambil tas ransel miliknya yang sedari tadi memang dibawa Kio dipangkuannya.

Rasa sesal telah mengaku sedang mengantuk langsung menggerogoti pikiran Kio “Nggak usah, Rae” Kio sedikit menahan barang tersebut agar tetap di pangkuannya.

“Gapapa gue aja yang bawa, biar gak ganggu lo tidur” jawab Raefal pelan. Di dalam mobil yang minim pencahayaan, Kio bisa melihat senyum Raefal yang tulus itu terukir. Cengkraman Kio pada tas itu pun mengendur hingga berpindah tangan ke sang pamilik.