357CBE8F-59DA-4B09-BC25-6CA7BE1003D8.jpeg

Pagi tadi, Arsen tiba-tiba ngerasain sakit perut dan mual, nggak cuma itu ia juga demam dan ngerasa ga nafsu makan. Mamanya bilang sih ini buntut akibat makan jjampong pedas bareng Nini semalem. “Kita ke Dokter aja lah, periksa.” titah Mama Arsen dengan wajah separuh cemas. Nini pun menawarkan diri untuk jadi sopir pengantar. Usut punya usut, setelah di periksa oleh dokter, Arsen ternyata mengidap

“Radang usus buntu, Dok?”

“Iya, Bu. Untuk itu kamu akan melakukan operasi Laparoskopi.” Arsen yang sudah lemas terlalu ingat ucapan dokter waktu itu, yang jelas perutnya akan dibedah dan dimasukkan suatu alat agar ususnya terangkat.

Sembari menunggu jadwal giliran operasinya, Arsen sempat mengirimkan pesan pada sahabatnya— Najun, agar dapat menggantikannya memasak sarapan untuk aktor ibu kota, Benjamin Lee.

“Buatin dia sandwich supaya lebih simple, Ben nggak suka hambar jadi kasih sejumput garam diatas rotinya. Tambahin pula side dish berupa kacang almond 5-8 biji, buah jeruk dan anggur hijau.”

“Oke. Lo tenang aja, Sen. Benjamin pasti nggak akan sadar kalau itu buatan gue.”

Arsen menghela nafas lega, “Oh iya satu lagi, tolong jangan bilang Ben kalau gue lagi sakit ya?”

“Eh kenapa?”

“Gapapa,” Daripada Arsen jadi berharap akan dijenguk oleh aktor paling sibuk nomor satu, lebih baik jika ia tak memberitahu pria itu. Arsen takut kecewa.

‘Yaudah deh kalau itu mau lo’ sahut Najun, ia juga bilang akan menjenguk Arsen sepulang dari jadwal kerjanya. ‘Good luck, Sen. Gue tau lo kuat.’ katanya sebelum menutup telfon. Tak lama kemudian seorang perawat masuk untuk membawanya ke ruang operasi.