Kompleks cemara, gak banyak yang Sagi ingat waktu masih tinggal di perumahan itu. Wajar, dia masih kecil dulu. Tapi anehnya memory mengenai mimik wajah gembul lucu anak bungsu keluarga Mahameru yg tinggal di depan rumahnya masih melekat hingga saat ini. Usagi bahkan ingat dia sewaktu menginjak kelas 5 SD, ia rela nolak dijemput orang tuanya demi nemenin si lucu Gaudi pulang jalan kaki.
Pokoknya banyak lah masa masa indah di umur 10 tahunnya yang dilewatin sama Gaudi, Usagi bahkan gak makan 5 jam waktu tau dirinya akan pindah rumah dan jauh dari Gaudi.
‘Nanti aku bakal sering main ke cemara kok, kita masih bisa sahabatan’ pembohong sejak dini, nyatanya Usagi gapernah lagi nginjakin kaki ke kompleks cemara sampai..
“Kamu masih ingat kan rumahnya Gaudi? dulu hampir tiap hari kamu main disini loh bang.” kata Mama sambil natal rumah dua lantai yang cukup megah dibandingkan rumah lain di kompleks ini.
Usagi ngangguk, yajelas dia ingat rumah crushnya masa kecil itu. Usagi bahkan hafal dimana letak kunci cadangan keluarga Mahameru disimpan. Dibawah pot mawar nomor 7.
“Inget Ma.”
Setelah ngetuk pintu beberapa kali sambil manggil nama Ibunya Gaudi— Laila, akhirnya keluarga mereka pun disambut oleh sang tuan rumah.
“Ya Tuhan! Mbak Yeji! masuk masuk mbak, maaf rumahnya berantakan.” kata Laila sudah berpakaian rapi dengan batik tulisnya.
Usagi ga terlalu merhatiin interaksi antara kedua orang tuanya dengan Ibu Gaudi, soalnya sejak melangkah masuk melewati pintu jati itu matanya langsung mengedar buat nyari sosok cowok manis yang dulu ia idamkan.
“Gaudi! tolong ambilin telfon Mama dikamar, buat nelfon abang kamu.” kata Laila sambil mendongak ke arah tangga, tak lama kemudian Gaudi pun menyaut.