B8BB9C16-297F-4B4C-B347-BF0B907FFD02.jpeg

Mengabaikan peringatan ‘Badai Salju’ yang diberitakan di segala media sosial maupun elektronik, tak lupa menutup telinga atas teriakan Irene yang ingin mencegahnya pergi. Disinilah Mavi, di Rumah sakit The Ottawa, tempat Harvin menjalani perawatan darurat pasca kecelakaan tunggal yang ia alami.

Mavi bukanlah type pengendara ugal, pun bukan type pengendara berkecepatan tinggi. Namun untuk kali ini, dua type itu ia rengkut diikuti skill mengemudinya terbaiknya, menjadi kesatuan sebuah perjalanan menegangkan tapi tetap memperhatikan prosedur lalu lintas. Beruntung tak banyak kendaraan yang melaju di hari badai salju ini, sehingga Mavi lebih leluasa menguasai jalan raya.

Sepanjang perjalanan, Mavi tak henti mengutuk nama Jendra sang rekan kerja di KBRI Kanada. Karena pria itulah yang membuat Harvin pergi, menyetir mobil butut milik kantor untuk dibawa ke tempat acara amal. Mavi tak tau mengapa Harvin dan anggota atase sosial lain harus berada di mobil yang berbeda. Apalagi saat ia tau jenis mobil yang digunakan Harvin belum sempat diganti menggunakan ban mobil khusus musim dingin, sehingga mobil itu mudah tergelincir di jalanan penuh salju, Ontario.

“Harvin islandia” Mavi fasih menyebutkan nama lengkap milik Harvin pada bagian administrasi, lekas perawat itupun mengentikkan sesuatu pada komputer miliknya dan menyaut “UGD, bed number five”

Mavi lengkas memutar arah langkahnya, menuju ruang UGD yang hari ini terasa penuh dan banyak pasien. Rata-rata mengalami kecelakaan tunggal seperti Harvin, adapula yang dilarikan kesini karena hipotermia dan demam berat.

Hatinya teremas ketika Mavi akhirnya menemukan sosok itu, sosok yang menetap di pikirannya sejak turunnya salju pertama di kota Ottawa. Harvin Islandia, tertidur lelap dengan kemeja yang masih memiliki noda darah. Wajah mulus yang selalu Mavi puja dipenuhi goresan dan lebam akibat benturan, namun yang paling membuat Mavi sakit hati adalah saat ia menyadari Harvin disana tanpa ditemani seorang pun. Mana anggota atase sosial yang diklaim memiliki rasa solidaritas yang tinggi? apakah acara amal itu harus dihadiri semua anggota? tak bisakah mereka mengutus satu anggota untuk menemani Harvin yang terluka?

Emosi Mavi tentu memuncak, ingin sekali meneriaki Jendra detik itu juga. Tapi setelah Mavi semakin dekat pada eksistensi Harvin yang terbaring lemah, lambat laun hatinya menghangat.. ini bukan perasaan iba, bukan pula perasaan marah, yang pasti Mavi sangat menyukai perasaan ini, debaran jantung yang kian melaju saat tangannya ia julurkan membelai wajah Harvin yang tampan dan makin terasa lebih cepat saat Harvin perlahan membuka mata, memergoki kekhawatiran Mavi pada dirinya.


Harvin kira moment ketika mobilnya tergelincir dan menabrak pohon di pinggir jalan adalah hal yang paling membuatnya berdebar. Nyatanya, ia salah besar. Karena sekarang jantungnya berdebar lebih gila, hilang tak terkendali ketika ia membuka mata dan melihat sosok Mavi sedang menatapnya dengan tangan yang meraba pipinya.

Keduanya merasa kikuk, sehingga Mavi lekas menghentikan sentuhan pada pipi Harvin dan berdehem ringan sebelum mengatakan “Are you okay?” dengan ekspresi khawatir.