Kedai Rawon yang terkenal dengan ciri khasnya buka di malam hari ini selalu ramai meski sudah hampir tengah malam.
”Kamu tunggu disini dulu, Son. Papi ambil mobil.” ujar Papi sebelum bergegas menghampiri mobilnya yang terparkir sangat jauh dari area kedai, maklum disini memang beneran ramai. Selain cita rasa yang enak, rawon disini juga memiliki banyak toping tambahan yang membuat pengunjung lapar mata. Tadi saja Raefal hampir menutup semua area piring rawonnya dengan paruh dan perkedel. Kenyang sekali.
Raefal menurut, Papi memang suka begitu. Tak ingin membuat anak dan istrinya pegal, ia lebih memilih mengambil mobil sendirian lalu kembali lagi kesini untuk menjemput mereka.
Lagipula Bunda Raefal juga masih berada di toilet, tak mungkin juga Raefal meninggalkan Bundanya. Raefal berdiri agak menjauh dari kedai Rawon setan itu, rasanya memalukan jika ia harus menunggu disana.
Bun, Raefal tunggu disebelah ya.
Pesannya pada Bunda, takut wanita cantik itu akan kebingungan mencari keberdaannya.
“Mas, pinjem hapenya po’o” seorang remaja asing dengan baju compang camping dan sandal japit bertanya kepada Raefal.
Raefal jelas tak bodoh, ia lebih memilih langsung mengantongi ponsel Iphone 13 Promax tersebut. Kota Surabaya di malam hari sama berbahayanya dengan kota lain. Pencurian, penjambretan, perampokan, penikaman dan kejahatan lainnya selalu ada dimanapun kita berada.
“Maaf. Nggak ada, Mas.” tolak Raefal ramah, tak lupa ia memberikan senyuman agar si orang asing itu tak sakit hati.
“Hadehh sogeh kok pelit” tanggapnya ketus, lelaki itu membuang putung rokok yang telah ia hisap sebelumnya lalu menginjaknya dengan kaki. Kini ia sepenuhnya menghadap Raefal, berniat menunjukkan sesuatu yang ada di kantongnya, bentuknya mirip seperti pisau.