A07569D9-D5A9-412E-B2E1-5247CA49AF03.jpeg

Sejak pagi-pagi buta, seluruh anggota panitia pensi sudah berbondong-bondong untuk datang ke kampus. Mempersiapkan panggung dan menyulap area kampus menjadi banyak hal, pameran, fashion show, game, bazzar baju thrift, bazaar makanan, dan terakhir semua tempat itu di tata bagaikan hutan.. acaranya memang berkonsep ‘Party in the Jungle’

Jangan tanya betapa sibuknya Hivi, bahkan Marve saja tak tau keberadaan cowok itu. Setelah memaksa si ketupel itu untuk mengisi perutnya dengan nasi pecel berlauk telur siang tadi. Hivi langsung diculik oleh banyak pihak, sesaat ia berada bersama dengan anggota dokumentasi, lalu diskusi dengan anggota keamanan, kemudian mendiskusikan kalimat sambutan dengan tim acara —-dan sekarang Marve benar-benar kehilangan cowok itu.

Marve sendiri mendapatkan job desc keamanan area IV, yaitu menjaga keamanan di area yang meliputi panggung - area festival - backstage. Banyak yang iri dengan job desc yang Marve dapatkan mengingat area tersebut akan dekat dengan keberadaan Guest Star pensi yaitu SKA Band. Hivi menempatkan Marve di area tersebut tentu dengan pertimbangan yang matang, badan Marve yang tegap dan wajah angkuhnya dapat menjadi alasan utama agar para penonton tidak ada yang berani mendekat ke arah panggung. Apalagi Marve bukan salah satu penggemar SKA Band sehingga ia tak akan bereaksi lebay saat berpapasan dengan para artis nanti.

Pensi ini direncanakan open gate jam 15:00 sore sehingga Hivi memerintahkan agar semua pengisi stan bazaar, menjaga stan game dan lain sebagainya hadir dan menyiapkan tempat sejak pagi hari.

“Cape juga ya, padahal cuma berdiri doang” kata Marve pada kawan barunya, Kafka. sejak Marve membantu membereskan kasus papanya yang bajingan itu. Dia dan Kafka jadi berhubungan baik, tak jarang anak Golla Motor diundang untuk makan bersama di rumah Ibu Kafka. Ngomong-ngomong sejak bercerai dengan sang Papa, Kafka dan Ibunya jadi pindah kerumah kontrakan. Ukurannya mungkin lebih kecil dari rumah megahnya dulu, tapi disana mereka dapat hidup tenang dan bahagia. Tak sia-dia Kafka dulu dipukuli ketika mendapat nilai jelek, sekarang dengan nilainya yang sempurna ia juga bisa mendapat paid internship di salah satu perusahaan swasta. Gajinya cukup lumayan untuk menafkahi hidup barunya bersama sang Ibu.

“Lemah” ya gini, sebaik-baiknya Kafka yang menghormati Marve selayaknya kakak kandung. Mulutnya tetap kasar dan karang suka meroasting. Untuk Marve sudah terbiasa.

“Nyebat bentar yuk, mulut pait banget kalo gak ngudud” ajak Marve, kebetulan Kafka ini kan coordinator keamanan. Jadi, kalau Kafka ikut merokok Marve merasa sedikit aman.

“Ck, gue bilangin Hivi baru tau rasa lo”

“Gak asik lo, Kaf. Ancemannya lapor bini.”

“Wkwkwk gue masih penasaran deh kak, kok lo bisa pacaran saka Hivi. Ibaratnya dari latar belakang aja udah gak nyambung, gimana bisa nyelesaiin rumusan masalah coba?”